Senin, 29 Oktober 2012

SAINS dan AL-QUR'AN

BAB I

PENDAHULUAN

Al-Qur’an adalah Kalamullah SWT. Didalam Al-Qur’an banyak sekali peristiwa-peristiwa yang menceritakan tentang zaman terdahulu, orang-orang terdahulu, bahkan peristiwa yang mana orang-orang baru mengetahuinya sekarang.

Makalah ini disajikan kepada para pembaca, dengan memohon kepada Allah swt kiranya bermanfaat, mengulas sedikit tentang bagaimana Allah menciptakan hujan dari langit yang mana banyak orang-orang yang tidak memikirkannya.



BAB II

PEMBAHASAN

A. Tentang proses penciptaan hujan dan salju.

“Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, Maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, Maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu Hampir-hampir menghilangkan penglihatan.” (Q.S An-Nur: 43).

C. Asbab An-Nuzul


Tidak semua ayat di dalam Al-Qur’an mempunyai asbabun nuzul (sebab-sebab di turunkanya ayat). Hanya sebagian ayat saja.[1]

D. Tafsir Ayat

{Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan} menggiringnya secara lembut {kemudian mengumpulkan antara bagian-bagiannya} dengan menghimpun sebagiannya dengan sebagian yang lain, sehingga yang tadinya tersebar kini menjadi satu kumpulan {kemudian menjadikannya bertindih-tindih} yakni sebagiannya di atas sebagian yang lain {maka kelihatanlah olehmu air} hujan {keluar dari celah-celahnya} yakni melalui celah-celahnya {dan Allah juga menurunkan dari langit}. Huruf Min (من) yang kedua ini berfungsi menjadi Shilah atau kata penghubung {yakni dari gunung-gunung yang menjulang padanya} menjulang ke langit; Min Jibaalin (من جبال) menjadi Badal daripada lafal Minas Samaa-i (من السمآء)dengan mengulangi huruf Jarrnya (berupa es) sebagiannya terdiri dari es {maka ditimpakannya es tersebut kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Hampir-hampir} hampir saja {kilauan kilat awan itu} yakni cahayanya yang berkilauan {menghilangkan penglihatan} mata yang memandangnya, karena silau olehnya.

Pada ayat ini Allah mengarahkan pula perhatian Nabi saw dan manusia agar merenungkan bagaimana Dia (Allah) menghalau awan dengan kekuasaan-Nya dari suatu tempat ke tempat yang lain kemudian mengumpulkan awan-awan yang berarak itu pada suatu daerah, sehingga terjadilah tumpukan awan yang berat berwarna hitam, seakan-akan awan itu gunung-gunung besar yang berjalan di angkasa. Dengan demikian turunlah hujan lebat di daerah itu dun kadang-kadang hujan itu bercampur dengan es. Bagi kita di bumi ini jarang sekali melihat awan tebal yang berarak seperti gunung-gunung, tetapi bila kita naik kapal udara akan terlihatlah di bawah awan-awan yang bergerak pelan-pelan itu memang seperti gunung-gunung yang menjulang di sana sini dan bila awan itu menurunkan hujan nampak pula dengan jelas sebagaimana air itu turun ke bumi. Dengan hujun lebat itu kadang-kadang manusia di bumi mendapat rahmat dan keuntungan yang besar, karena sawah dan ladang yang sudah kering akibat musim kemarau, menjadi subur kembali dun tumbuhlah berbagai macam tanaman dengan suburnya sehingga manusia dapat memetik hasilnya dengan senang dan gembira.

Tetapi ada pula hujan yang lebat dan terus menerus turunnya dan menyebabkan terjadinya banjir di mana-mana sehingga terendamlah sawah ladang itu bahkan terendamlah suatu kampung seluruhnya, maka hujan lebat itu menjadi malapetaka bagi orang yang ditimpanya bukan sebagai rahmat yang menguntungkan. Semua itu terjadi adalah menurut iradah dan kehendak-Nya, dan sampai sekarang belum ada suatu ilmupun yang dapat mengatur perkisaran angin dan perjalanan awan sehingga tidak akan terjadi banjir dan malapetaka itu. Di mana-mana terjadi topan dan hujan lebat yang membahayakan tetapi para ahli ilmu pengetahuan tetap mengangkat bahu karena tidak dapat mengatasinya. Semua ini menunjukkan kekuasaan Allah, ditimpakan rahmat dan nikmat kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan ditimpakan-Nya musibah dan malapetaka kepada siapa yang dikehendaki-Nya.

Di antara keanehan alam yang dapat dilihat manusia ialah terjadinya kilat yang sambung-bersambung di waktu langit mendung dan dekat dengan turunnya hujan, kejadiannya guruh dan petir yang dahsyat dan bergemuruh. Meskipun ahli ilmu pengetahuan dapat menganalisa sebab musababnya kejadian itu, tetapi mereka tidak dapat menguasai dan mengendalikannya. Bukahkah ini suatu bukti pula bagi kekuasaan Allah ‘Azza wa Jalla.

E. Korelasi Teks

Proses terbentuknya hujan masih merupakan misteri besar bagi orang-orang dalam waktu yang lama. Baru setelah radar cuaca ditemukan, bisa didapatkan tahap-tahap pembentukan hujan.

Pembentukan hujan berlangsung dalam tiga tahap. Pertama, "bahan baku" hujan naik ke udara, lalu awan terbentuk. Akhirnya, curahan hujan terlihat.

Tahap-tahap ini ditetapkan dengan jelas dalam Al-Qur’an berabad-abad yang lalu, yang memberikan informasi yang tepat mengenai pembentukan hujan.

Kini, mari kita amati tiga tahap yang disebutkan dalam ayat ini.

Tahap ke-1 : "...Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan…"

Gelembung-gelembung udara yang jumlahnya tak terhitung yang dibentuk dengan pembuihan di lautan, pecah terus-menerus dan menyebabkan partikel-partikel air tersembur menuju langit. Partikel-partikel ini, yang kaya akan garam, lalu diangkut oleh angin dan bergerak ke atas di atmosfir. Partikel-partikel ini, yang disebut aerosol, membentuk awan dengan mengumpulkan uap air di sekelilingnya, yang naik lagi dari laut, sebagai titik-titik kecil dengan mekanisme yang disebut "perangkap air".

Tahap ke-2 : “...kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih..."

Awan-awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekeliling butir-butir garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena air hujan dalam hal ini sangat kecil (dengan diamter antara 0,01 dan 0,02 mm), awan-awan itu bergantungan di udara dan terbentang di langit. Jadi, langit ditutupi dengan awan-awan.

Tahap ke-3 : "…Maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit…"

Partikel-partikel air yang mengelilingi butir-butir garam dan partikel -partikel debu itu mengental dan membentuk air hujan. Jadi, air hujan ini, yang menjadi lebih berat daripada udara, bertolak dari awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.

F. Penjelasan


Semua tahap pembentukan hujan telah diceritakan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Selain itu, tahap-tahap ini dijelaskan dengan urutan yang benar. Sebagaimana fenomena-fenomena alam lain di bumi, lagi-lagi Al-Qur’anlah yang menyediakan penjelasan yang paling benar mengenai fenomena ini dan juga telah mengumumkan fakta-fakta ini kepada orang-orang pada ribuan tahun sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan.

Para ilmuwan yang mempelajari jenis-jenis awan mendapatkan temuan yang mengejutkan berkenaan dengan proses pembentukan awan hujan. Terbentuknya awan hujan yang mengambil bentuk tertentu, terjadi melalui sistem dan tahapan tertentu pula. Tahap-tahap pembentukan kumulonimbus (sejenis awan hujan) adalah sebagai berikut:

Ø Pergerakan awan oleh angin:

Awan-awan dibawa, dengan kata lain, ditiup oleh angin.

Ø Pembentukan awan yang lebih besar:

Kemudian awan-awan kecil (awan kumulus) yang digerakkan angin, saling bergabung dan membentuk awan yang lebih besar.

Ø Pembentukan awan yang bertumpang tindih:

Ketika awan-awan kecil saling bertemu dan bergabung membentuk awan yang lebih besar, gerakan udara vertikal ke atas terjadi di dalamnya meningkat. Gerakan udara vertikal ini lebih kuat di bagian tengah dibandingkan di bagian tepinya. Gerakan udara ini menyebabkan gumpalan awan tumbuh membesar secara vertikal, sehingga menyebabkan awan saling bertindih-tindih. Membesarnya awan secara vertikal ini menyebabkan gumpalan besar awan tersebut mencapai wilayah-wilayah atmosfir yang bersuhu lebih dingin, di mana butiran-butiran air dan es mulai terbentuk dan tumbuh semakin membesar. Ketika butiran air dan es ini telah menjadi berat sehingga tak lagi mampu ditopang oleh hembusan angin vertikal, mereka mulai lepas dari awan dan jatuh ke bawah sebagai hujan air, hujan es, dsb.

Kita harus ingat bahwa para ahli meteorologi hanya baru-baru ini saja mengetahui proses pembentukan awan hujan ini secara rinci, beserta bentuk dan fungsinya, dengan menggunakan peralatan mutakhir seperti pesawat terbang, satelit, komputer, dsb. Sungguh jelas bahwa Allah telah memberitahu kita suatu informasi yang tak mungkin dapat diketahui 1400 tahun yang lalu.


REFERENSI


Imam Jaluluddin Suyuthi & Jalaluddin Mahalli. Tafsir Jalalain. Pustaka Elba

Kementerian Agama RI. 2010. Al-Qur’an dan Tafsirnya. Jakarta: Darus Sunah

Mahir Ahmad Ash-Shufi. 2006. Kemukjizatan Penciptaan Bumi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Muhammad Thalib. 2008. Tarjamah Tafsiriyah Al-Qur’anul Karim. Bandung: PT Syamil Cipta Media

 ___________________________
[1] Lihat Kitab Lubabun Nuqul fii Asbaab Annuzul, Karya As-Suyuthi

Tidak ada komentar: