Rabu, 27 September 2017

METODE PENELITIAN KUANTITATIF

RESUME
METODE PENELITIAN KUANTITATIF


Disusun sebagai salah satu tugas yang diwajibkan
dalam mengikuti perkuliahan Metodologi Penelitian Pendidikan Islam

Oleh :
Muhammad Luthfie Ramadhani
17300303


PROGRAM PASCASARJANA
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2017



A.    Hakikat Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang diaplikasikan untuk menggambarkan kondisi-kondisi terkini atau untuk meneliti hubungan-hubungan termasuk hubungan sebab akibat (Gay, 1996: 14). Penelitian kuantitatif didesain untuk menggambarkan kondisi-kondisi terkini sebagai sebuah penelitian diskriptif. Penelitian kuantitatif memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dengan penelitian kualitatif seperti disebutkan sebelumnya.[1]
Menurut Masganti (2011: 30), dalam penelitian kuantitatif setidaknya terdiri dari masalah keilmuan, teori, deduksi, hipotesis, data, dan induksi. Hasil penelitian kuantitatif dapat menghasilkan teori baru atau masalah penelitian baru.
Dalam praktek penelitian kuantitaif dapat digambarkan sebagai berikut:[2]






















Rounded Rectangle: Penelitian










 












Gambar 1. Alur Praktik Satu Kali Riset

Metode penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan  pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random. Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian. Analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.[3]
Jadi penelitian kuantitatif merupakan fenomena dengan mengumpulkan data numerik yang dianalisis menggunakan metode berbasis matematis (dalam statistik tertentu).

B.     Ciri dan Asumsi Penelitian Kuantitatif
Merriam dalam Masganti (2011: 30) merinci beberapa karakteristik penelitian kuantitatif sebagai berikut:
1.      Fokus penelitiannya kuantitas (berapa banyak),
2.      Akar filsafat yang digunakan Positivisme dan Empirisme Logis,
3.      Frase terkaitnya eksprimen, empiris, dan statistic,
4.      Tujuannya prediksi, kontrol, deskripsi, konfirmasi, dan pembuktian hipotesis,
5.      Desainnya ditentukan dan terstruktur,
6.      Latarnya buatan dan tidak akrab,
7.      Sampelnya besar, acak,dan representative,
8.      Pengumpulan datanya skala, tes, survei, kuesioner, dan computer,
9.      Modus analisisnya deduktif,
10.  Temuannya persis, sempit, dan reduksionis.

Penjelasan Merriam tentang karakteristik penelitian kuantitatif menunjukkan bahwa dalam penelitian kuantitatif yang menjadi ukuran utama adalah angka-angka yang digambarkan hasil penelitian, bukan apa yang sebenarnya dirasakan oleh subjek penelitian. Namun demikian penelitian kuantitatif memiliki kelebihan dalam hal kepentingan memperoleh data yang mengharuskan ada persentasi, kontrol dan prediksi.[4]
Menurut Creswell dalam Emzir (2015: 10) secara filosofis peneliti membuat tuntutan atau asumsi tentang apa itu pengetahuan (ontologi), bagaimana kita mengetahuinya (epistemologi), apa nilai-nilai yang mssuk kedalamnya (aksiologi), bagaimana kita menulis tentang (retorika), dan proses untuk mengkajinya (metodologi).
Tuntutan atau asumsi-asumsi tersebut digambarkan oleh Creswell seperti pada tabel 0.1.[5]
Tabel 0.1. Asumsi Paradigma Kuantitatif dan Kualitatif
Asumsi
Pertanyaan
Kuantitatif
Kualitatif
Ontologis
Apa sifat realita?
Realita adalah objektif dan tunggal, terpisah dari peneliti.
Realitas adalah subjektif dan jamak, sebagai-mana dilihat oleh partisipan dalam studi.
Epistemologis
Apa hubungan peneliti dan yang diteliti?
Peneliti bebas dari yang diteliti.
Peneliti berinteraksi dengan yang diteliti.
Aksiologis
Apa peran nilai?
Bebas nilai & tidak bias.
Tidak bebas nilai dan bias.
Retorik
Apa bahasa penelitian?
Formal berdasarkan pada seperangkat, definisi bentuk imperssonal, memakai kata-kata kuantitaif yang sudah diterima.
Informal, keputusan berkembang, personal, kata-kata kualitatif yang berterima.
Metodologis
Apa proses penelitian?
Proses deduktif, sebab-akibat, desain statis, katagori disiapkan sebelum studi, bebas konteks, generalisasi mengarahkan prediksi, penjelasan dan pemahaman; akurat, dan reliable, melalui validitas dan reliabilitas.
Proses induktif, faktor-faktor yang saling membentuk secara simultan, desain berkembang, katagori diidentifikasi selama proses penelitian, terikat konteks, teori dan pola dikembangkan untuk pemahaman, akurat dan reliable melalui verivikasi.

C.    Tujuan Penelitian Kuantitatif
Tujuan dari riset Kuantitatif adalah (Kriyantono, 2012) untuk menguji teori atau hipotesis, mendukung atau menolak teori. Apabila dalam analisis data terdapat penolakan terhadap hipotesis atau teori, biasanya periset tidak langsung menolak hipotesis dan teori tersebut melainkan meneliti terlebih dahulu apakah terdapat kesalahan dalam samplingnya atau definisi konsepnya kurang operasional, sehingga menghasilkan instrumen (kuisioner) yang kurang valid.

D.    Paradigma Penelitian Kuantitatif
Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya. Paradigma menunjukkan pada mereka apa yang penting, absah, dan masuk akal. Paradigma juga bersifat normatif, menunjukkan pada praktisinya apa yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial atau epitemologis yang panjang.[6]
Istilah paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Kuhn (1962), dan kemudian dipopulerkan oleh Robert Friedrichs (1970). Menurut Kuhn, paradigma adalah cara mengetahui realitas sosial yang dikonstruksi oleh mode of thought atau mode of inquiry tertentu, yang kemudian menghasilkan mode of knowing yang spesifik. Definisi tersebut dipertegas oleh Friedrichs, sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari. Pengertian lain dikemukakan oleh George Ritzer (1980), dengan menyatakan paradigma sebagai pandangan yang mendasar dari para ilmuan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh salah satu cabang/disiplin ilmu pengetahuan.
Paradigma kuantitatif menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Penelitian yang menggunakan pendekatan deduktif yang bertujuan untuk menguji hipotesis merupakan penelitian yang menggunakan paradigma kuantitatif. Paradigma ini disebut juga dengan paradigma tradisional (traditional), positivis (positivist), eksperimental (experimental), atau empiris (empiricist). Metode kuantitatif berakar pada paradigma tradisional, positivistik, eksperimental atau empiricist. Metode ini berkembang dari tradisi pemikiran empiris Comte, Mill, Durkeim, Newton dan John Locke. “Gaya” penelitian kuantitatif biasanya mengukur fakta objektif melalui konsep yang diturunkan pada variabel-variabel dan dijabarkan pada indikator-indikator dengan memperhatikan aspek reliabilitas. Penelitian kuantitatif bersifat bebas nilai dan konteks, mempunyai banyak “kasus” dan subjek yang diteliti, sehingga dapat ditampilkan dalam bentuk data statistik yang berarti. Hal penting untuk dicatat di sini adalah, peneliti “terpisah” dari subjek yang ditelitinya.
Dalam penelitian kuantitatif yang dilandasi suatu asumsi bahwa suatu gejala itu dapat diklasifikasikan, dan ada hubungan gejala bersifat kausal (sebab akibat), maka peneliti dapat melakukan penelitian dengan memfokuskan kepada beberapa variabel saja.
Paradigma penelitian adalah pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti, yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang  perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis statistik yang akan digunakan.
Bentuk-bentuk paradigma penelitian kuantitatif antara lain:[7]
1.      Paradigma Sederhana
Paradigma penelitian ini terdiri atas satu variabel independen dan satu dependen.





Rounded Rectangle: X
Rounded Rectangle: Y
 
                              r

Misal:
X = Kualitas Guru,
Y = Prestasi Belajar Murid.
Berdasarkan paradigma tersebut, maka dapat ditentukan:
a.       Jumlah rumusan masalah deskriptif ada dua dan rumusan masalah asosiatif ada satu, yaitu:
1)      Rumusan masalah deskriptif
a)      Bagaimana X ?
b)      Bagaimana Y ?
2)      Rumusan masalah asosiatif
Bagaimana pengaruh kualitas X dengan kualitas Y yang dihasilkan ?
b.      Teori yang digunakan ada dua yaitu teori tentang media pendidikan dan teori tentang  prestasi belajar.
c.       Hipotesis yang dirumuskan ada dua, yaitu:
1)      Hipotesis deskriptif Hipotesis deskriptif ini jarang dirumuskan dalam penelitian
a)      Kualitas media yang digunakan oleh lembaga pendidikan tersebut telah mencapai 70% baik.
b)      Prestasi belajar siswa lembaga pendidikan tersebut telah mencapai 99% dari yang diharapkan.
2)      Hipotesis asosiatif Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kualitas media pendidikan dengan prestasi belajar murid. Hal ini berarti bila kualitas media media  pendidikan ditingkatkan, maka prestasi belajar murid akan meningkat pada gradasi yang tinggi. Kata signifikan hanya digunakan apabila hasil uji hipotesis akan digeneralisasikan ke populasi dimana sampel tersebut diambil.



DAFTAR PUSTAKA

Emzir. 2015. Metodologi Penenlitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Grafindo Persada
Kriyantono, Rachmat. 2012. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana
Mulyana, Dedi. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Prastowo, Andi. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan Peneletian. Yogyakarta: Ar Ruzz Media
Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama
Sitorus, Masganti. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan Islam. Medan: Perdana Mulya Sarana
Salim Syahrum. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung: Cita Pusaka Media


[1] Masganti Sitorus, Metodologi Penelitian Pendidikan Islam. (Medan: Perdana Mulya Sarana, 2011), hlm. 29
[2] Ibid, 30
[3] Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Median, Cet II 2012), hlm. 36
[4] Masganti Sitorus, Metodologi Penelitian Pendidikan Islam. (Medan: Perdana Mulya Sarana, 2011), hlm. 30
[5] Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial. (Bandung: Refika Aditama, 2009), hlm. 84
[6] Dedi Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 9
[7] Salim Syahrum, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Bandung: Cita Pusaka Media,2009).

Baca selengkapnya »»