Minggu, 17 Februari 2013

Bahasan Tentang TAFSIR, TAKWIL dan TERJEMAH


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat Rosulullah saw masih hidup, para sahabat langsung menanyakan persoalan persoalan yang tidak jelas kepada rosul. Setelah wafatnya mereka harus melakukan ijtihat, khususnya orang orang yang memiliki kemampuan, seperti Ali bin Abi Tholib dan lainnya. Namun dalam ayat-ayat Al-Qur’an, tidak semua dapat dijangkau maksudnya secara pasti. Hal ini lah kemudian menimbulkan keaneragaman penafsiran, tidak terkecuali sahabat nabi yang secara umum menyaksikan sendiri turunya wahyu, mengetahui konteks nya, serta memahami secara alamiah struktur bahasa dan arti kosa katanya, tidak jarang berbeda pendapat atau bahkan keliru dalam memahami firman firman Allah yang mereka dengar atau mereka baca.

Dalam rangka penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an dengan tujuan untuk memahami maksud redaksi tak jarang dilakukan penakwilan terhadap ayat-ayat yang tidak mampu di pahami dengan penafsiran. Dengan demikian, betapa pentingnya aspek penafsiran dan penakwilan ayat-ayat Al-Qur’an, lalu apa bedanya, batas kebebasan, pengertian tafsir dan takwil. Hal inilah yang akan kami bahas dalam makalah ini.

B. Rumusan masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan tafsir, takwil dan terjemah ?

2. Apa perbedaan antara tafsir, takwil, dan terjemah ?

3. Apa saja syarat dan adab yang harus dimiliki seorang mufassir ?




Baca selengkapnya »»  

Pelayanan Anak Berkesulitan Belajar



Dalam rangka usaha mengatasi kesulitan belajar tidak bisa diabaikan dengan kegiatan mencari faktor-faktor yang diduga sebagai penyebabnya. Karena itu, mencari sumber-sumber penyebab utama dan sumber-sumber penyebab penyerta lainnya mutlak dilakukan secara akurat, efektif dan efisien.

A. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam, yaitu:

1. Faktor intern anak didik, yang meliputi gangguan atau kekurang mampuan psikofisik anak yakni:

a. Yang bersifat kognitif, yaitu rendahnya kapasitas intelektual.

b. Ranah afektif, yaitu labilnya emosi dan sikap.

c. Ranah psikomotor (ranah karsa) seperti terganggunya alat-alat indra penglihat dan pendengar.

2. Faktor ekstern anak didik;

a. Lingkungan keluarga (hubungan tidak harmonis).

b. Lingkungan masyarakat (lingkungan yang kumuh, teman yang nakal).

c. Lingkungan sekolah (dekat pasar, guru yang urang profesional, fasilitas dan lain-lain).

Selain faktor diatas, ada pula faktor khusus yang menimbulkan kesulitan belajar pada anak didik, yaitu sindrom psikologis berupa learning disability (ketidak mampuan belajar). Sindrom (syndrome) berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis yang menimbulkan kesulitan belajar anak didik. Sindrom itu misalnya:

1. Dyslexia, yaitu ketidak mampuan belajar membaca.

2. Dysgraphia, yaitu ketidak mampuan belajar menulis.

3. Dyscalculia, yaitu ketidak mampuan belajar matematika.

Anak didik yang memiliki sindrom-sindrom diatas secara umum sebenarnya memiliki IQ yang normal bahkan diantaranya ada yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Oleh karenanya, kesulitan belajar anak didik yang menderita sindrom-sindrom tadi mungkin hanya disebabkan oleh adanya gangguan-gangguan ringan pada otak (minimal) brain dysfunction.

B. Usaha Mengatasi Kesulitan Belajar

Secara garis besar, langkah-langkah yang pelu ditempuh dalam rangka usaha mengatasi kesulitan belajar anak didik, dapat dilakukan melalui enam tahap, yaitu sebagai berikut :

1. Pengumpualan Data

Usaha yang dapat dilakukan dalam pengumpulan data bisa melalui kegiatan sebagai berikut :

a. Kunjungan rumah.

b. Case study.

c. Case history.

d. Daftar pribadi.

e. Meneliti pekerjaan anak.

f. Meneliti tugas kelompok.

g. Melakukan tes, baik tes IQ maupun tes prestasi.

Dalam pelaksanaannya, semua meyode ini tidak mesti digunakan bersama-sama, tetapi tergantung pada masalahnya, kompleks atau tidak. Semakin rumit masalahnya, maka semakin banyak kemungkinan metode yang dapat digunakan.

2. Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul tidak akan ada artinya jika tidak diolah secara cermat. Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar anak didik jelas tidak dapat diketahui, karena data yang terkumpul itu masih mentah, belum dianalisis dengan seksama. Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam rangka pengolahan data adalah sebagai berikut :

a. Identifikasi kasus.

b. Membandingkan antarkasus.

c. Membandingkan dengan hasil tes.

d. Menarik kesimpulan.

3. Diagnosis

Adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan data. Diagnosis dapat berupa hal-hal sebagai berikut:

a. Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak didik yaitu berat dan ringannya tingkat kesulitan yng dirasakan anak didik.

b. Kepuusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar anak didik.

c. Keputusan menganai faktor utama yang menjadi sumber penyebab kesulitan belajar anak didik.

4. Prognosis

Keputusan yang diambil berdasarkan hasil diagnosis menjadi dasar pijakan dalam kegiatan progsis. Dalam prognosis dilakukan kegiatan penyusunan program dan penetapan ramalan mengenai bantuan yang harus diberikan kepada anak utuk membantunya keluar dari kesulitan belajar.

Dalam penyusunan program bantuan terhadap anak didik yang berkesulitan belajar dapat diajukan pertanyaan-pertanyaan dengan menggunakan rumus 5W + 1H.

5. Treatment

Adalah perlakuan. Perlakuan disini dimaksudkan adalah pemberian bantuan kepada anak didik yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis. Bentuk treatment yang mungkin dapat diberikan adalah:

a. Melalui bimbingan belajar individual.

b. Melalui bimbingan belajar kelompok.

c. Melalui remidial teaching untuk mata pelajaran tertentu.

d. Melalui bimbingan orang tua di rumah.

e. Pemberian bimbingan pribadi untuk mengatasi masalah-masalah psikologis.

f. Pemberian bimbingan mengenai cara belajar yang baik secara umum.

g. Pemberian bimbingan mengenai cara belajar yang baik sesuai dengan karakteristik setiap mata pelajaran.

6. Evaluasi

Evaluasi disini dimaksudkan untuk mengetahui apakah treatment yang telah diberikan berhasil dengn baik. Artinya ada kemajuan, yaitu anak dapat dibantu keluar dari lingkaran masalah kesulitan belajar atau gagal sama sekali. Kemungkinan gagal atau berhasil treatment yang telah diberikan kepada anak, dapat diketahui sampai sejauh mana kebenaran jawaban anak terhadap item-item soal yang diberikan dalam jumlah tertentu dan dalam materi tertentu melalui ala evaluasi berupa tes prestasi belajar atau achievement test. Bila jawaban anak sebagian besar banyak yang salah, itu sebagai pertanda bahwa treatment gagal. Karenanya, perlu pengecekan kembali degan cara mencari faktor-faktor penyebab dari kegagalan itu. Ada kemungkinan data yang terkumpul kurang lengkap, progam yang disusun tidak jelas dan tepat, atau diagnosis yang diambil tidak akurat karena kesalahan membaca data, sehingga berdampak langsung pada treatment yang bias.

Agar tidak terjadi kesalahan pengertian, disini perlu ditegaskan bahwa pengecekan kembali hanya dilakukan bila terjadi dikegagalan treatment berdasarkan evaluasi, dimana hasil prestasi belajar anak didik masih rendah, di bawah standar. Dalam rangka pengecekan kembali atas kegagalan treatment, secara teoritis langkah-langkah yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut:

a. Re-ceking data (baik yang berhubungan dengan masalah pengumpulan maupun pengolahan data).

b. Re-diagnosis.

c. Re-prognosis.

d. Re-treatment.

e. Re-evaluasi.

Bila treatment gagal harus diulang. Kegagalan treatmen kedua harus diulangi dengan treatment berikutnya. Begitulah seterusnya sampai benar-benar dapat mengeluarkan anak didik dari kesulitan belajar. Tetapi bila gagal dan selalu adalah kebodohan, itu jangan sampai terjadi. Sebab satu masalah belum selesai, maka masalah lain masih menunggu untuk ditangani.


Daftar Pustaka

Dalyono, M. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Denim, Sudarwan. Khairil. 2011. Psikologi Pendidikan. Bandung: CV Alfabebeta

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Rahmah, Noer. 2012. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Teras Sleman Yogya

Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Baca selengkapnya »»