Senin, 15 Oktober 2012

Pengaruh Hubungan dengan Teman Sebaya dan Perkembangan Sosial Remaja



PENGARUH HUBUNGAN DENGAN TEMAN SEBAYA DAN PERKEMBANGAN SOSIAL REMAJA


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan

Dosen Pengampu:

Fetty Ernawati, S.Psi, MPd

Disusun Oleh:

Mualimah Nidaul Khairah : (113111237)

Muh.Nur Ridhwan S.F : (113111242)

Muhammad Afif Ridlo : (113111245)

Muhammad Rifa’I : (113111251)

FAKULTAS TARBIYAH DAN BAHASA

JURUSAN TERBIYAH

IAIN SURAKARTA

2012







BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Masa remaja merupakan masa yang sangat penting dalam proses perkembangan. karena itu perkembangan pada masa remaja sudah seharusnya mendapatkan perhatian dari berbagai pihak, terutama dari ewsalingkungan terdekatnya. Salah satu bagian terpenting dari perkembangan remaja adalah perkembangan dalam kehidupan sosial. Memang perkembangan fisik tidak dapat dilepaskan, tetapi kebanyakan kasus remaja terjadi dikarenakan kurang sempurnanya proses perkembangan sosialnya. Permasalahan dalam perkembangan sosial remaja dikarenakan para remaja belum mampu menjalankan tugas perkembangan sosialnya. Tugas perkembangan sosial remaja adalah tugas yang khas dimiliki oleh para remaja. Para remaja, disadari atau tidak, mereka harus memenuhi tugasnya tersebut, tetapi disatu sisi tantangan remaja untuk memenuhi tugas tersebut sangatlah berat. Sehingga para remaja membutuhkan orang lain misalnya keluarga, teman sebaya, dan lingkungan sosialnya, untuk memenuhi tugas perkembangan sosialnya.

Dalam perkembangan sosial remaja, teman sebaya sangatlah berperan penting. Peranan teman-teman sebaya terhadap remaja terutama berkaitan dengan sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku. Remaja sering kali menilai bahwa bila dirinya memakai model pakaian yang sama dengan anggota kelompok yang populer, maka kesempatan baginya untuk diterima oleh teman-teman sebayanya menjadi besar. Demikian pula bila anggota kelompok mencoba minum alcohol, obat-obatan terlarang atau rokok, maka remaja cenderung mengikutinya tanpa memperdulikan perasaannya sendiri dan akibatnya. Hal ini berarti menunjukkan bahwa kuatnya pengaruh teman sebaya terhadap perkembangan hubungan sosial remaja.



B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan perkembangan sosial?

2. Apa ciri khusus perkembangan sosial pada masa remaja?

3. Bagaimana karakteristik perkembangan sosial remaja?

4. Apa peran teman sebaya terhadap perkembangan remaja?

5. Apa peranan kelompok teman sebaya dalam kehidupan remaja?

6. Bagaimanakah hubungan antara orang tua dan teman sebaya terhadap remaja?

7. Bagaimanakah pengaruh hubungan dengan kelompok sebaya terhadap kenakalan remaja?


C. Batasan Masalah

Dalam makalah yang berjudul “Pengaruh Hubungan dengan Teman Sebaya dan Perkembangan Sosial” ini kami akan memberi batasan pokok pembahasan mengenai aspek sosial pada remaja.



BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi dan juga untuk meleburkan diri menjadi suatu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama.

Dari pengertian diatas bahwa perkembangan sosial mencakup beberapa hal diantaranya norma kelompok, moral, dan tradisi atau kebiasaan yang ada. Semua itu bertujuan untuk menjadikan diri agar bisa berkomunikasi dan bekerja sama dengan lingkungan sosialnya. Kemudian berkaitan dengan itu kalau kita belajar tentang prinsip-prinsip umum perkembangan maka akan kita temukan dua hal yaitu bahwa seeberapa cepat perkembangan individu akan dipengaruhi interaksi bawaan dan faktor lingkungan, dan dalam proses perkembangan individu akan ditentukan oleh interaksi faktor bawaan dan faktor lingkungan. maka dengan faktor tersebut menentukan seseorang itu bisa berkomunikasi dengan lingkungan sekitar dengan cepat.

Pada dasarnya Anak dilahirkan belum bersifat sosial. Dalam arti, dia belum memiliki kemampuan untuk bergaul dengan oranga lain. Untuk mencapai kematangan sosial, anak harus belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan orang lain. Kemampuan ini diperoleh anak melalui berbagai kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkunganya, baik orang tua, saudara, teman sebaya atau orang dewasa lainnya.

Perkembangan sosial anak dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya bagaimana menerapkan norma-norma tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Proses bimbingan orang tua ini lazim disebut Sosialiasi. (Syamsu Yusuf, Psikologi perkembangan Anak dan Remaja, 2001 hal. 122)

Sueann Robinson Ambron (1981) mengartikan sosialisasi itu sebagai proses yang membimbing anak ke arah perkembangan kepribadian sosial sehingga dapat menjadi anggota mayarakat yang bertanggung jawab dan efektif. (Syamsu Yusuf, Psikologi perkembangan Anak dan Remaja, 2001 hal. 123)

Menurut Hurlock (1996) ada tiga proses dalam perkembangan sosial yaitu:

1. Berperilaku dapat diterima secara sosial

Setiap kelompok sosial mempunyai standar bagi para anggotanya tentang perilaku yang dapat diterima. Untuk dapat bersosialisasi, seseorang tidak hanya harus mengetahui perilaku yang dapat diterima, tetapi mereka juga harus menyesuaikan perilakunya sehingga ia bisa diterima sebagian dari masyarakat atau lingkungan tersebut.

2. Memainkan peran di lingkungan sosialnya.

Setiap kelompok sosial mempunyai pola kebiasaan yang telah ditentukan dengan seksama oleh para anggotanya dan setiap anggota dituntut untuk dapat memnuhi tuntutan yang diberikan kelompoknya.

3. Memiliki sikap yang positif terhadap kelompok sosialnya.

Untuk dapat bersosialisasi dengan baik, seseorng harus menyukai orang yang menjadi kelompok dan aktifitas sosialnya. Jika seseorang disenangi, berarti ia berhasil dalam penyesuaian sosial dan diterima sebagai anggota kelompok sosial tempat mereka menggabungkan diri.

B. Perkembangan Sosial pada Masa Remaja

Perkembangan sosial pada masa remaja dapat dilihat dari dua ciri khas yaitu dari mulai terbentuknya kelompok dengan teman sebaya baik dengan jenis kelamin yang sama ataupun dengan jenis kelamin yang berbeda dan mulai memisahkan diri dari orang tuanya.

A. Teman Sebaya

Teman sebaya ialah anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama yang saling berinteraksi dengan kawan-kawan sebaya yang berusia sama dan memiliki peran yang unik dalam budaya atau kebiasaannya. (John w. santrock, Remaja, Hal. 55)

Percepatan perkembangan pada masa remaja berhubungan dengan pematangan seksual yang akhirnya mengakibatkan suatu perubahan dalam perkembangan sosial. Sebelum memasuki masa remaja biasanya seorang anak sudah mampu menjalankan hubungan yang erat dengan teman sebayanya. Seiring dengan hal itu juga timbul kelompok anak-anak yang bermain bersama atau membuat rencana bersama. Sifat yang khas pada kelompok anak sebelum masa remaja adalah bahwa kelompok tadi terdiri dari jenis kelamin yang sama. Persamaan kelamin yang sama ini dapat membantu timbulnya identitas jenis kelamin dan juga berhubungan dengan perasaan identifikasi untuk mempersiapkan pengalaman identitasnya. Sedangkan pada masa remaja ini, anak sudah mulai berani untuk melakukan kegiatan dengan lawan jenisnya dalam berbagai macam kegiatan.

Selama tahun pertama masa remaja, seorang anak remaja cenderung memiliki keanggotaan yang lebih luas. Dengan kata lain, tetangga atau teman-temannya seringkali menjadi anggota kelompoknya. Biasanya kelompoknya lebih hiterogen daripada berkelompok dengan teman sebayanya. Misalnya kelompok teman sebaya pada masa remaja cenderung memiliki suatu campuran individu-individu dari berbagai kelompok. Interaksi yang semakin intens menyebabkan kelompok bertambah kohesif. Dalam kelompok dengan kohesif yang kuat maka akan berkembanglah iklim dan norma-norma tertentu. Namun hal ini berbahaya bagi pembentukan identitas dirinya. Karena pada masa ini, dia lebih mementingkan perannya sebagai anggota kelompok daripada pola pribadinya. Tetapi terkadang adanya paksaan dari norma kelompok membuatnyua sulit untuk membentuk keyakinan diri.

B. Melepaskan Diri dari Orang Tuanya.

Perkembangan sosial pada masa remaja menuntut remaja untuk memisahkan diri dari orang tuanya dan menuju ke arah teman-teman sebayanya. Hal itu merupakan proses perkembangan remaja, yaitu bahwa secara naluriah anak itu mempunyai dorongan untuk berkembang dari posisi “dependent” (ketergantungan) ke posisi “independent” (bersikap mandiri). Melepaskan diri dari orang tuanya merupakan salah satu bentuk dari proses perkembangan tersebut. (Syamsu Yusuf, Psikologi perkembangan Anak dan Remaja, 2001 hal. 123)

Dalam masa remaja ini, keinginan untuk melepaskan diri dari orang tuanya bertujuan untuk menemukan dirinya sendiri. Menurut Erikson ditinjau dari perkembangan sosial menamakan proses ini sebagai pencarian identitas diri, yaitu menuju pembentukan diri ke arah individualitas yang mantap dimana hal ini merupakan aspek penting dalam perkembangan diri menuju kemandirian. Kemudian kalau kita belajar pentahapan peerkembangan maka akan kita temukan didalamnya yaitu aspek psikologis dan aspek sosiologis. Yang mana pada aspek psikologis pada masa dewasa akan lebih didominasi kontrol diri dan pengarahan diri maksudnya pada masa-masa dewasa, anak tersebut akan lebih cenderung bagaimana terlepas dari kontrol orang tuanya. Artinya perilaku anak tidak lagi diatur atau ditentukan dari orang tua, akan tetapi sudah mulai bisa ditentukan oleh dirinya sendiri. Kemudian pada aspek sosiologis, pada umur 5-8 tahun maka anak tersebut akan lebih cenderung untuk menjalin hubunggn pribadi dengan lingkungan sosial. Dalam aspek sosiaologis ini anak sudah mulai perkembangan bagaimana anaka tersebut untuk bisa berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

Usaha remaja dalam mencapai individualitas juga sekaligus menunjukkan pertentangan terhadap orang dewasa dan solidaritas terhadap teman sebaya prinsip emansipasi memungkinkan bahwa kedua gerak antara menuju kemandiriaan dan ketergantungan dengan orang tua menimbulkan jarak antar generasi. Jarak antar generasi yang dimaksudkan disini bukan berarti bahwa tidak ada hubungan baik. Memang pada kenyataannya pada usia anak seperti ini orang tua sering tidak mengerti apa yang dilakukan anak, dan kadang tidak seperti apa yang mereka harapkan. Biasanya pada masa ini mulai muncul bibit-bibit pertentangan antara anak dan orang tua. Berdasarkan hasil penelitian perbedaan pendapat antara anak dan orang tua antara lain penampilan, pemilihan teman, jam pulang sekolah yang tidak tepat, kurang hormat terhadap orang yang lebih tua, dll. Jadi pada masa remaja ini, anak lebih progresif jika dibandingkan orang tuanya.

C. Karakteristik Perkembangan Sosial Remaja

· Remaja adalah tingkat perkembangan anak yang telah mencapai jenjang menjelang dewasa, pada jenjang ini kebutuhan remaja telah cukup kompleks, cakrawala interaksi sosial dan pergaulan remaja telah cukup luas.

· Dalam penyesuaian diri terhadap lingkungannya, remaja telah mulai memperlihatkan dan mengenal berbagai norma pergaulan, yang berbeda dengan norma yang berlaku sebelumnya di dalam keluarganya, Remaja menghadapi berbagai lingkungan, bukan saja bergaul dengan berbagai umur. Dengan demikian, remaja mulai memahami norma pergaulan dengan kelompok remaja, kelompok anak-anak, kelompok dewasa, dan kelompok orang tua.

· Pada masa remaja, anak mulai memperhatikan dan mengenal berbagai norma pergaulan. Pergaulan sesama teman lawan jenis dirasakan sangat penting, tetapi cukup sulit, karena di samping harus memperhatikan norma pergaulan, sesama remaja juga terselip pemikiran adanya kebutuhan masa depan untuk memilih pasangan hidup.

· Kehidupan sosial remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi intelektual dan emosional. Remaja sering mengalami sikap hubungan sosial yang tertutup sehubungan dengan masalah yang dialaminya.

· Menurut Erick Erison, bahwa masa remaja terjadi masa krisis, masa pencarian jati diri. Dia berpendapat bahwa penemuan jati diri seseorang didorong oleh sosiokultural.Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kelompok-kelompok, baik kelompok besar maupun kelompok kecil. (Sari Yunita, Fenomena dan tantangan Remaja Menjelang Dewasa, Brilliant Books, Yogyakarta, 2011, hal 30-31).



D. Peran Teman Sebaya Terhadap Perkembangan Remaja

Remaja memiliki kebutuhan yang kuat untuk disukai dan diterima oleh teman sebaya. Sebagai akibatnya, mereka akan merasa senang apabila diterima dan sebaliknya merasa tertekan dan cemas apabila dikeluarkan dan diremehkan oleh teman-teman sebayanya. Bagi kebanyakan remaja, pandangan teman sebaya terhadap dirinya merupakan hal yang paling penting. Teman sebaya merupakan anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama. interaksi diantara teman sebaya yang berusia sama sangat berperan penting dalam perkembangan sosial. Pertemanan berdasarkan tingkat usia dengan sendirinya akan terjadi meskipun sekolah tidak menerapkan sistem usia. Remaja dibiarkan untuk menentukan sendiri komposisi masyarakat mereka. Bagaimanapun, seseorang dapat belajar menjadi petarung yang baik hanya jika diantara teman yang seusianya. Salah satu fungsi terpenting dari teman sebaya adalah sebagai sumber informasi mengenai dunia di luar keluarga. Remaja memperoleh umpan balik mengenai kemampuannya dari teman-teman sebayanya. Dan remaja mempelajari bahwa apa yang mereka lakukan itu lebih baik. (Jhon W. Santrock, Remaja, 2007, hal 55).

Hubungan yang baik dengan teman sebaya perlu agar perkembangan sosialnya berjalan normal. Hubungan dengan teman sebaya dapat bersifat negatif atau positif.

Piaget dan Sullivan menekankan bahwa hubungan dengan teman sebaya memberikan konteks bagi remaja untuk mempelajari modus hubungan timbal balik yang simetris.

Hartup menyatakan bahwa hubungan dengan teman sebaya bersifat kompleks dan dapat bervariasi tergantung pada bagaimana pengukurannya, perumusan hasilnya, dan garis perkembangannya.

Kebutuhan remaja terhadap hubungan dengan teman sebaya sangatlah penting untuk perkembangan sosialnya. Maka jika ada keterbatasan hubungan dengan teman sebayanya akan berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak tersebut, misalnya orang tua yang membatasi anaknya secara berlebihan untuk tidak berhubungan dengan teman sebayanya, hal ini akan berpengaruh pada perkembangan selanjutnya, yaitu ketika si anak terjun ke dalam masyarakat. Sehingga ia sulit untuk bersosialisasi di masyarakat. (Jhon W. Santrock, Remaja, 2007, hal 57- 58).

E. Peranan Kelompok Sebaya dalam Kehidupan Remaja

1. Kelompok sebaya mempunyai peran penting dalam penyesuaian diri remaja, dan persiapan bagi kehidupan di masa mendatang.

2. Berperan pula terhadap pandangan dan perilakunya. Sebabnya adalah, karena remaja pada umur ini sedang berusaha untuk bebas dari keluarga dan tidak tergantung pada orang tua. Akan tetapi pada waktu yang sama ia takut kehilangan rasa nyaman yang telah diperolehnya selama masa kanak-kanaknya.

3. Kelompok teman sebaya berperan pada saat remaja mengahadapi konflik antara ingin bebas dan mandiri serta ingin merasa aman, pengganti yang hilang dan dorongan kepada rasa bebas yang dirindukannya. Pengganti tersebut ditemukannya dalam kelompok teman, karena mereka saling dapat membantu dalam persiapan menuju kemandirian emosional yang bebas dan dapat pula menyelamatkannya dari pertentangan batin dan konflik sosial.

4. Berperan dalam memberikan persepsi agar ia tidak merasa kerdil diantara orang-orang dewasa umumnya. Karena remaja merasa dirinya kerdil bila berada dekat orang tuanya atau orang dewasa pada umumnya, karena kurang pengalaman, lemahnya pribadi dan kurangnya umur. Hal tersebut menyebabkan remaja menjauh dari orang tua, sebab ia tidak mau dianggap anak-anak lagi, kendatipun ia masih suka bermain dan bersenang-senang. Akan tetapi bila ia berada di tengah-tengah teman sebaya, ia tidak akan merasa kecil atau kerdil, baik dari segi fisik maupun mental.

5. Remaja itu bergabung dengan kelompok teman sebaya, karena kebutuhan akan rasa bebas dari orang dewasa dan rasa terikat antara sesama anggota. Apabila semakin terasa keinginan untuk babas, maka semakin terikat hatinya kepada kelompok teman sebaya yang dapat memberikan kepuasan dan kebebasan. Hal inilah yang seringkali dirisaukan oleh orang tua, karena siskap mereka yang semakin menjauh dan kadang benci kepadanya.

F. Hubungan antara Orang Tua dan Teman Sebaya

Beberapa penelitian menemukan bahwa orang tua dan remaja menganggap orang tua hanya memiliki sedikit otoritas terhadap pilihan remaja pada sejumlah bidang tertentu, sementara dalam sejumlah bidang lainnya, orang tua memiliki otoritas lebih besar. Sebagai contoh, riset Judith Smetana menemukan bahwa orang tua dan remaja memandang relasi atau hubungan pada teman sebaya merupakan bidang di mana orang tua tidak memiliki banyak otoritas untuk mengatur pilihan remaja, sementara dalam bidang moral, agama, pendidikan, orang tua memiliki otoritas lebih besar.

Remaja memiliki motivasi yang kuat untuk berkumpul bersama teman sebayanya dan menjadi sosok yang mandiri. Namun, anggapan yang menyatakan bahwa tidak ada kaitan antara kecenderungan tersebut dan relasi atau hubungan antara orang tua dan remaja, merupakan anggapan yang keliru. Studi yang dilakukan baru-baru ini telah memberikan bukti yang kuat bahwa dunia remaja berkaitan dengan dunia orang tua dan teman sebayanya. Lingkungan rumah yang dipilih dan teman-teman yang dipilih orang tua akan mempengaruhi kalangan teman-teman yang mungkin dipilih oleh remaja. Sebagai contoh, orang tua dapat memilih untuk hidup di lingkungan tempat tinggal yang memiliki lapangan bermain, taman, dan organisasi anak muda atau di lingkungan tempat tinggal yang jarak antara satu rumah dan rumah lain saling berjauhan, tidak banyak dihuni oleh remaja, dan kurang dilengkapi dengan organisasi anak muda yang baik.

Orang tua dapat memberi model atau melatih remajanya dalam hal menjalin hubungan dengan teman sebayanya. Dalam sebuah studi, orang tua menyatakan bahwa mereka merekomendasikan strategi-strategi tertentu yang dapat membantu remaja dalam mengembangkan hubungan yang lebih positif dengan teman-teman sebaya. Sebagai contoh, orang tua berdiskusi dengan remajanya tentang cara mengurangi perselisihan dan mengurangi sifat pemalu. Orang tua juga mendorong remajanya agar lebih toleran dan mampu menolak desakan dari teman-teman sebayanya. Dalam sebuah studi, ditemukan bahwa remaja-remaja kecil lebih sering bercakap-cakap dengan ibu dibandingkan dengan ayah untuk masalah-masalah yang menyangkut hubungan dengan teman sebaya.

Dengan demikian, kelekatan remaja dengan orang tua berkorelasi dengan perilaku remaja, meskipun korelasi itu tidak besar. Hasil ini mengindikasikan bahwa keberhasilan atau kegagalan dalam mengembangkan kelekatan orang tua dan remaja tidak selalu menjalin keberhasilan atau kegagalan dalam menjalin hubungan dengan teman-teman sebaya, Jelasnya, kelekatan yang aman dengan orang tua dapat menjadi modal bagi remaja dan meningkatkan kepercayaan mereka ketika menjalin relasi karib dengan orang lain, serta meletakkan landasan yang kuat untuk mengembangkan keterampilan hubungan yang akrab.

Meskipun demikian, terdapat cukup banyak remaja yang berasal dari keluarga yang suportif, mengalami kesulitan untuk menjalin hubungan dngan teman sebaya karena berbagai alasan, seperti secara fisik tidak menarik, matang terlambat, serta mengalami kesenjangan budaya dan status sosio-ekonomi. Di sisi lain, beberapa remaja berasal dari keluarga bermasalah, ternyata mampu memulai hubungan dengan teman sebaya secara positif, memulai pengalaman baru yang dapat menggantikan pengalaman dengan keluarganya yang bermasalah.



G. Pengaruh Hubungan dengan Teman Sebaya Terhadap Perkembangan Sosial Remaja.

a. Teman-teman sebaya menyediakan suatu lingkungan, yaitu dunia tempat remaja dapat melakukan sosialisasi dengan nilai yang berlaku, bukan lagi nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa, melainkan oleh teman seusianya, dan tempat dalam rangka remaja menemukan jati dirinya. Namun, apabila nilai yang dikembangkan dalam kelompok sebaya adalah nilai yang negative, maka akan menimbulkan bahaya bagi perkembangan jiwa remaja (Kartono, 2006).

b. Hasil penelitian yang dikemukakan oleh Hans Sebald bahwa teman sebaya lebih memberikan pengaruh dalam memilih: cara berpakaian, hobi, perkumpulan(club),dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya.( Syamsu Yusuf, Psikologi perkembangan Anak dan Remaja, 2001 hal. 123)

c. Kuatnya pengaruh kelopok teman sebaya juga merupakan akibat melemahnya ikatan remaja dengan orang tua dan sekolah (Sihite, 2007).

d. Selain itu, banyaknya waktu yang diluangkan remaja di luar rumah dengan teman sebayanya daripada dengan orang tuanya adalah salah satu alasan pokok pentingnya peran teman sebaya bagi remaja. Peranan teman-teman sebaya terhadap remaja terutama berkaitan dengan sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku. Remaja sering kali menilai bahwa bila dirinya memakai model pakaian yang sama dengan anggota kelompok yang populer, maka kesempatan baginya untuk diterima oleh teman-teman sebayanya menjadi besar. Demikian pula bila anggota kelompok mencoba minum alcohol, obat-obatan terlarang atau rokok, maka remaja cenderung mengikutinya tanpa memperdulikan perasaannya sendiri dan akibatnya. ( Hurlock, 1980).

Teman sebaya adalah lingkungan kedua setelah keluarga, yang berpengaruh bagi kehidupan remaja. Terpengaruh atau tidaknya remaja terhadap teman sebaya tergantung pada persepsi remaja terhadap teman-temannya, sebab persepsi remaja terhadap teman sebayanya akan menentukan keputusan yang diambil oleh remaja itu sendiri, yang nantinya akan mengarahkan pada tinggi atau rendahnya kecenderungan kenakalan remaja ( Kartono, 2006).

Menurut gerungan (1986), kenakalan remaja muncul akibat terjadinya interaksi sosial antara individu (remaja) dengan teman sebayanya. Peran interaksi dengan teman sebaya tersebut dapat berupa imitasi, identifikasi, sugesti dan simpati. Remaja dapat meniru (imitasi) kenakalan yang dilakukan teman sebayanya, sementara itu sugesti bahwa kebut-kebutan dan penggunaan narkotika adalah remaja ideal, dapat mengakibatkan remaja yang mulanya baik menjadi nakal. Kuatnya pegaruh teman-teman sebaya yang mengarahkan remaja menjadi nakal atau tidak juga ditentukan bagaimana persepsi remaja terhadap teman sebayanya. persepsi memegang peran penting bagi tinggi atau rendahnya kenakalan remja, yang dalam tahapan selanjutnya dapat menjadi aksi nyata berupa perilaku nakal yang merugikan ligkungan dan dapat dikenai sangsi pidana. Dengan kata lain, jika remaja melihat bahwa teman sebayanya adalah media yang tepat untuk menyalurkan keinginan negative atau tujuan negative lainnya, maka tinggi pulalah kecenderungan remaja untuk berperilaku nakal. Penelitian seperti itu tentu saja penelitian negative remaja terhadap teman sebayanya.

Persepsi merupakan proses pemahaman terhadap suatu objek yang merangsang panca indra dan memungkinkan individu (remaja) untuk membuat kontruksi dan prediksi tentang keseluruhan dari stimulus tersebut. Kemudian dari persepsi tersebut, individu dapat menilai kejadian yang ada diluarnya (Branca dalam sari, 2003).

Remaja yang berpersepsi positif terhadap teman sebayanya, memandang bahwa teman sebaya sebagai tempat memperoleh informasi yang tidak didapatkan di dalam keluarga, tempat menambah kemampuan dan menjadi tempat kedua setelah keluarga untuk mengarahkan dirinya (menuju kepada perilaku yang baik) serta memberikan masukan (koreksi) terhadap kekurangan yang dimilikinya, yang tentu saja akan membawa dampak baik bagi remaja yang bersangkutan (santrock, 1997). Sebaliknya, remaja yang berpersepsi negative terhadap teman-teman sebayanya, maka remaja melihat bahwa kelompok teman sebaya adalah sebagai kompensasi penebusan atas kekurangan yang dimilikinya atau sebagai ajang balas dendam terhadap lingkungan yang menolak atau memenuhi dirinya. Remaja yang merasa frustasi (karena ketidakmampuannya menghadapi kekurangan dan penolakan dari lingkungan/merasa dikucilkan) secara spontan saling bersimpati dan tarik-menarik, kemudian menggerombol untuk mendapatkan dukungan moral, dan memuaskan segenap kebutuhannya (Kartono, 2006).

Kecenderungan remaja akan rendah ketika remaja mampu berpersepsi bahwa teman sebaya adalah tempat untuk belajar bebas dari orang-orang dewasa (mandiri), belajar kepada kelompok, belajar menyesuaikan diri dengan standar kelompok, belajar bermain dan olahraga, belajar berbagi rasa, belajar bersikap sportif, belajar menerima dan melakanakan tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain, belajar perilaku sosial yang baik, dan belajar bekerja sama (Hurlock. 1980). (http://www.scribd.com/doc/16176402/Persepsi-Remaja-Terhadap-Kelompok-Teman-Sebaya-Dengan-Kecenderungan-Kenakalan-Remaja)

Pengaruh teman sebaya terhadap remaja itu ternyata berkaitan dengan iklim keluarga itu sendiri . Remaja yang memiliki hubungan yang baik dengan orang tuanya(iklim keluarga sehat) cenderung dapat menghindarkan diri dari pengaruh negatif teman sebayanya, dibandingkan dengan remaja yang hubungan dengan orang tuanya kurang baik.( Syamsu Yusuf, Psikologi perkembangan Anak dan Remaja, 2001 hal. 61)





BAB III

KESIMPULAN

  • · Perkembangan Sosial

  •  Merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial.

  •  Sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi dan juga untuk meleburkan diri menjadi suatu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama.

  •  Pada dasarnya Anak dilahirkan belum bersifat sosial. Untuk mencapai kematangan sosial, anak harus belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan orang lain. Kemampuan ini diperoleh anak melalui berbagai kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkunganya, baik orang tua, saudara, teman sebaya atau orang dewasa lainnya.

  • Menurut Hurlock (1996) ada tiga proses dalam perkembangan sosial yaitu:

1. Berperilaku dapat diterima secara sosial

2. Memainkan peran di lingkungan sosialnya.

3. Memiliki sikap yang positif terhadap kelompok sosialnya

  • · Perkembangan Sosial pada Masa Remaja
Perkembangan sosial pada masa remaja dapat dilihat dari dua ciri khas yaitu :

  1. Mulai terbentuknya kelompok dengan teman sebaya baik dengan jenis kelamin yang sama ataupun dengan jenis kelamin yang berbeda.
  2. Dan mulai memisahkan diri dari orang tuanya.

  • · Peranan Kelompok Sebaya dalam Kehidupan Remaja

1. Kelompok sebaya mempunyai peran penting dalam penyesuaian diri remaja, dan persiapan bagi kehidupan di masa mendatang,

2. Berperan pula terhadap pandangan dan perilakunya.

3. Kelompok teman sebaya berperan pada saat remaja mengahadapi konflik antara ingin bebas dan mandiri serta ingin merasa aman, pengganti yang hilang dan dorongan kepada rasa bebas yang dirindukannya.

4. Berperan dalam memberikan persepsi agar ia tidak merasa kerdil diantara orang-orang dewasa umumnya.

5. Remaja itu bergabung dengan kelompok teman sebaya, karena kebutuhan akan rasa bebas dari orang dewasa dan rasa terikat antara sesama anggota.

6. Pengaruh teman sebaya terhadap perkembangan remaja sangatlah dominan dalam kehidupannya





DAFTAR PUSTAKA

Santrock John W. Remaja. Jakarta: Erlangga

Syamsu Yusuf, LN. 2002. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Daradjat zakiah. 2000. Remaja dan Harapan dan Tantangan. Jakarta: Ruhama.

Woolfolk Anita. 2009. Educational Psychology Active Learning Edition Edisi kesepuluh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yuanita Sari. 2011. Fenomena dan Tantangan Remaja Menjelang Dewasa. Yogyakarta: Brilliant Books.

Tidak ada komentar: