Sabtu, 28 Oktober 2017

MEMBANGUN TEORI DALAM PENELITIAN KUANTITATIF

Resume ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Islam.
A.    Pengertian Teori
Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruk, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.[1]Teori menunjukkan hubungan antara fakta-fakta.Teori menyusun fakta-fakta dalam bentuk yang sistematis sehingga dapat dipahami.[2]
Menurut Kerlinger Teori adalah sebagai serangkaian bagian (variabel), definisi dan dalil yang saling berhubungan yang dihadirkan sebuah pandangan sistematis tentang fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah.
Bentuk teori dapat berupa serangkaian hipotesa, pernyataan logis “jika…maka”, atau model visual.Bentuk presentasi teori menunjukkan urutan sebab musabab variabel-variabel.Hopkins menyajikan teorinya sebagai serangkaian hipotesa.Para ahli ilmu pengetahuan secara sistematis membangun teori dan mengetesnya untuk mengetahui internal konsistensi dan aspek-aspek subjektifnya dengan data-data empiris.[3]
Menurut Kinayati Djojosuroto & M.L.A. Sumaryati, teori digolongkan kepada empat macam, yaitu asumsi, konsep, konstruk, dan proposisi.
1.      Asumsi
Asumsi adalah suatu anggapan dasar tentang realita, harus diverifikasi secara empiris.[4] Dalam penelitian ilmu sosial, setidaknya kita mengenal dua pendekatan yang mempengaruhi proses penelitian, mulai dari merumuskan permasalahan hingga mengambil kesimpulan. Setiap pendekatan memiliki asumsi dasar yang berbeda.Asumsi dasar yang ada di dalam pendekatan kuantitatif bertolak belakang dengan asumsi dasar yang dikembangkan di dalam pendekatan kualitatif. Asumsi dasar inilah yang memengaruhi pada perbedaan dari cara pandang peneliti terhadap sebuah fenomena dan juga proses penelitian secara keseluruhan.
Adapun asumsi dasar pendekatan kuantitatif , yaitu:[5]
a.       Asumsi Dasar Ontologi (Hakikat Dasar Gejala Sosial)
Gejala sosial dikatakan sebagai sesuatu gejala yang real, yang dapat diungkap dengan menggunakan indra manusia. Karena suatu gejala adalah real, bisa terjadi kesepakatan di antara individu-individu yang ada di sekitarnya, dan suatu ketika gejala tersebut menjadi sebuah fenomena yang sifatnya universal dan diakui oleh orang banyak.
b.       Asumsi Dasar Epistemologi (Hakikat Dasar Ilmu Pengetahuan)
Suatu gejala adalah nyata.Karena gejala itu sifatnya nyata, gejala yang ada bisa dipelajari. Gejala yang ada bisa ditangkap dengan menggunakan indra. Dengan demikian, kita bisa membuat perbedaan antara yang satu dengan yang lain. 
c.       Aksiologi (Tujuan dilakukannya Sebuah Penelitian)
Tujuan dilakukannya sebuah penelitian adalah dalam upaya untuk menemukan hukum universal dan mencoba menjelaskan mengapa suatu gejala atau fenomena terjadi, dengan mengaitkan antara gejala atau fenomena yang satu dengan gejala atau fenomena yang lain.
2.      Konsep
Konsep adalah istilah, terdiri dari satu kata atau lebih yang menggambarkan suatu gejala atau menyatakan suatu ide (gagasan) tertentu.[6]
Setiap Penelitian Kuantitatif dimulai dengan menjelaskan konsep penelitian yang digunakan, karena konsep penelitian ini merupakan kerangka acuan peneliti di dalam mendesain instrument penelitian. Konsep juga dibangun dengan maksud agar masyarakat akademik atau masyarakat ilmiah maupun konsumen penelitian atau pembaca laporan penelitian memahami apa yang dimaksud dengan pengertian variable, indikator, parameter, maupun skala pengukuran yang dimaksud penelitiannya kali ini. Lebih konkrit, konsepadalah generalisasi dari sekelompok fenomena yang sama.[7]
Dalam membangun konsep ada dua desain yang perlu diperhatikan, yaitu generalisasi dan abstraksi. Generalisasi adalah proses bagaimana memperoleh prinsip dari berbagai pengalaman yang berasal dari literatur dan empiris. Abstraksi yaitu cakupan ciri-ciri umum yang khas dari fenomena yang dibicarakan.
3.      Konstruk
Konstruk adalah konsep yang ciri-cirinya dapat diamati langsung seperti pemecahan masalah.Konsep seperti ini lebih tinggi tarafnya daripada abstraksi yang ciri-cirinya dapat diamati langsung.Jadi konstruk adalah konsep sedangkan tidak semua konstruk adalah konsep.[8]
4.      Proposisi
Proposisi adalah hubungan yang logis antara dua konsep.
B. Pengertian Grand Theory
Secara harfiah, Grand TheoryBerasal dari bahasa Inggris yaitu dari kata Grand dan Theory.Grand artinya utama, dasar, sedangkan Theory artinya teori sehingga secara harfiah dapat diartikan Grand Theorysebagai teori utama atau teori dasar.
Grand Teori itu adalah : Grand Theory is a term invented by theAmerican sociologist C. Wright Mills in The Sociological Imagination to refer to the form of highly abstract theorizing in which the formal organization and arrangement of concepts takes priority over understanding the social world. In his view, Grand Theory was more or less separated from the concrete concerns of everyday life and its variety in time and space. secara harfiah berarti : Grand Teori adalah sebuah istilah yang ditemukan oleh seorang ahli sosioligis bernama Charles Wright Mills dalam bukunya yang berjudul "The Sociological Imagination" untuk menunjukan  bentuk teori absraksi tinggi yang mana pengaturan formal dan susunan dari konsep-konsep lebih  penting dibandingkan pengertian terhadap dunia sosial. Dalam pandangannya , Grand Teori kurang lebih dipisahkan dari perhatian nyata kehidupan sehari-hari dan berbagai variasinya dalam ruang dan waktu.
 C.     Fungsi Teori
Fungsinya antara lain:
  1. Teori mengarahkan perhatian. Teori memberi orientasi atau arah kepada penelitian dan dengan demikian membatasi fakta-fakta yang harus dikumpulkan dan dipelajari dari dunia kenyataan yang luas. Tiap ilmu pengetahuan dan tiap spesialisasi membatasi gejala-gejala bidang penelitiannya sehingga dapat dikuasai. Teori dapat membantu menentukan fakta-fakta mana yang relevan bagi suatu penelitian.
  2. Teori merangkum pengetahuan. Teori merangkum fakta-fakta dalam bentuk generalisasi dan prinsip-prinsip, sehingga fakta-fakta lebih mudah dipahami dalam rangka generalisasi itu. Teori juga mencoba melihat hubungan antara generalisasi-generalisasi yang serba kompleks dengan membentuk sistem-sistem pemikiran ilmiah.
  3. Teori meramalkan fakta. Dengan teori dicoba meramalkan kejadian yang akan datang dengan mempelajari kondisi-kondisi yang menuju kepada kejadian itu. Teknologi di dunia barat dan perkembangan industri menimbulkan urbanisasi dan gejala ini merenggangkan hubungan kekeluargaan tradisional. Majunya teknologi modern di Negara-negara yang berkembang diramalkan akan menimbulkan hal-hal yang bersamaan. Namun ilmu-ilmu sosial belum cukup berkembang untuk mengadakan ramalan atau prediksi seperti yang dapat dilakukan dalam ilmu-ilmu pengetahuan alam.
D. Kegunaan Teori
Karakteristik utama dari pendekatan penelitian kualitatif berparadigma positivistik adalah bahwasanya metode ini dipilih untuk menjelaskan sebuah fenomena atau hubungan antara dua fenomena melalui konsep dan variabel beserta penjelasannya yang mendetail.
Penelitian kuantitatif dengan paradigma positivistik cenderung lebih verifikatif, bahwasanya penelitian dilakukan untuk menguji suatu teori yang sudah ada melalui rangkaian premis-premis atau preposisi yang telah dinyatakan dan dipercayai sebagai suatu kebenaran ilmiah.
Oleh kerenanya, kegunaan teori dalam penelitian kuantitatif ialah sebagai landasan dari kerangka berpikir yang membingkai kegiatan penelitian itu sendiri agar tidak meluas dan keluar dari tujuan-tujuan yang telah dirumuskan sesuai dengan kaidah teoritik yang telah dibangun.







PERTANYAAN-PERTANYAAN
1.      Coba Pemakalah Jelaskan Tentang Krtiteria-kriteria Teori Yang Baik?
2.      Seberapa Pentingnya adanya Teori Didalam Penelitian?
3.      Bagaimana cara membangun Teori  Dalam Penelitian?
4.      Bagaimana Hubungan Teori dengan Fakta dan Masalah?
















DAFTAR PUSTAKA
Bungin,M. BurhanMetodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta:  Kencana,      2008.
Hasan,M. Iqbal Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan       Aplikasinya, Bogor: Ghalia Indonesia, 2002.


Kasiram, Moh. Metodologi Penelitian, Refleksi Pengembangan dan             Penguasaan Metodologi Penelitian,Malang: UIN-Malang Press,          2008.

M.L.A Sumaryati, Kinayati Djojosuroto, Prinsip-Prinsip Penelitian             Bahasa & Sastra, Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia, 2004.

S, Nasution Metode Research Penelitian Ilmiah, Bandung: Jemmars, 1991.





















[1]Kinayati Djojosuroto & M.L.A Sumaryati,,Prinsip-Prinsip Penelitian Bahasa & Sastra. (Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia, 2004), h. 17.
[2]Nasution S, Metode Research Penelitian Ilmiah, (Bandung: Jemmars, 1991), h. 4 .
[3]Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian, Refleksi Pengembangan dan Penguasaan Metodologi Penelitian,(Malang: UIN-Malang Press, 2008),  h. 36.
[4]Kinayati, Prinsip-Prinsip…, h 20.
[5]Bambang Prasetyo, & Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif, Teori dan Aplikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 28.
[6]Bambanng ,Metode Penelitian, h. 31.
[7]M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2002),  h. 17.
[8]M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta:  Kencana, 2008),  h. 57.

Tidak ada komentar: