Kamis, 17 Desember 2015

Aspek Aspek Perkembangan Anak

BAB I
PENDAHULUAN

  1. A.   Latar Belakang
Perkembangan yang terjadi pada anak meliputi segala aspek kehidupan yang mereka jalani baik bersifat fisik maupun non fisik. Perkembanmgan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman.
Perkembangan adalah suatu proses perubahan, yaitu perubahan dari suatu keadaan menjadi keadaan yang lain, dan ini terjadi pada diri seseorang secara terus-menerus sepanjang hayatnya. Perkembangan meliputi perkembangan fisik dan non fisik. Beberapa teori perkembangan manusia telah mengungkapkan bahwa manusia telah tumbuh dan berkembang dari masa bayi kemasa dewasa melalui beberapa langkah jenjang. Dalam perjalanan hidupnya menjadi dewasa, perkembangan ruhani tidak lepas dari pengaruh keturunan dan pengaruh dunia lingkungan tempat seseorang hidup dan dibesarkan.[1]
Setiap fenomena/gejala perkembangan anak merupakan produk dari kerja sama dan pengaruh timbal balik antara potensi alitas hereditas dengan faktor-faktor lingkungan, jelasnya perkembangan merupakan produk dari : 1) pertumbuhan berkat pematangan fungsi-fungsi fisik, 2) pematangan fungsi-fungsi psikis, 3) usaha belajar oleh anak, dalam mencoba segenap potensialitas rohani dan jasmaniah.
Perkembangan itu bukan proses yang selalu digerakkan oleh faktor atau pengaruh dari luar (di luar individu anak). Akan tetapi setiap gejala perkembangan dikendalikan dan diberi corak tertentu oleh pembawaan bakat dan kemauan anak. Jiwa anak yang dinamis memberikan kekuatan atau daya dan corak tertentu. Pada segala tingkah lakunya, dan mendorong fase-fase perkembangan. Juga ada impuls bawaan yang menghidupkan setiap mekanisme proses jasmaniah rohaniah untuk terus berfungsi.
Berdasarkan hal di atas, maka penulis merasa tertarik untuk membahas tentang teori dan aspek-aspek perkembangan anak.

  1. B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah :
  1. Apa sajakah teori perkembangan anak ?
  2. Apakah aspek – aspek perkembangan anak ?
  3. C.   Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui teori dan aspek – aspek perkembangan anak.

BAB II
PEMBAHASAN


  1. A.                Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini yang membedakan anak dengan dewasa. Anak bukan dewasa kecil. Anak menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usianya.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan system neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi. Kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh.
Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling berkaitan. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:
1). Perkembangan menimbulkan perubahan.
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf.

2). Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya.
Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.
3). Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak.
4). Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan.
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya.
5). Perkembangan mempunyai pola yang tetap.
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu:
  1. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke arah kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal).
  2. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimodistal).



6). Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.
Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.
Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip-prinsip yang saling berkaitan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
  • Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar.
Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya, sesuai dengan potensi yang ada pada individu. Belajar merupakan perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar, anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan dan potensi yang dimiliki anak.
  • Pola perkembangan dapat diramalkan.
Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan demikian perkembangan seorang anak dapat diramalkan. Perkembangan berlangsung dari tahapan umum ke tahapan spesifik, dan terjadi berkesinambungan.
  1. B.                 Teori dalam Perkembangan Anak
Dalam Pembahasan mengenai Perkembangan anak ini, disini akan dibahas beberapa diantaranya, antara lain :
  1. a.   Perkembangan Psikoseksual ( Freud)
Freud mengemukakan bahma perkembangan psikoseksual anak terdiri  atas :
  1. Fase oral (0-11 bulan)
Selama masa bayi, sumber kesenangan anak berpusat pada aktifitas oral : mengisap, mengigit, mengunyah, dan mengucap serta  ketergantungan yang sangat tinggi dan selalu minta dilindungi untuk mendapatkan rasa aman.
  1. Fase anal (1-3 tahun)
Kehidupan anak berpusat pada kesenangan anak terhadap dirinya sendiri, sangat egoistik, mulai mempelajari struktur tubuhnya. Pada fase ini tugas yang dapat dilaksanakan anak adalah latihan kebersihan. Anak senang menahan feses, bahkan bermain-main dengan fesesnya sesuai dengan keinginanya. Untuk itu  toilet training adalah waktu yang tepat  dilakukan dalam periode ini.
  1. Fase phalik/oedipal ( 3-6 tahun )
Kehidupan anak berpusat  pada genetalia dan area tubuh yang sensitif. Anak mulai suka pada lain jenis. Anak mulai mempelajari adanya perbedaan jenis kelamin. Anak  mulai memahami identitas gender ( anak sering meniru ibu atau bapak dalam berpakaian).
  1. Fase laten (6-12 tahun)
Kepuasan anak mulai terintegrasi, anak akan menggunakan energi fisik dan psikologis untuk mengeksplorasi  pengetahuan dan pengalamannya melalui aktifitas fisik maupun sosialnya. Pada awal fase laten ,anak perempuan lebih menyukai teman dengan jenis kelamin yang sama, demikian juga sebaliknya.
  1. Fase genital (12-18 tahun).
Kepuasan anak akan kembali bangkit dan mengarah pada perasaan cinta yang matang terhadap lawan jenis.
  1. b.      Perkembangan Psikososial ( Erik Erikson  )
    1. Percaya versus tidak percaya (0-1 tahun)
Pada tahap ini bayi sudah terbentuk rasa percaya kepada seseorang baik orang tua maupun org yang mengasuhnya ataupun perawat yang merawatnya.
  1. Tahap otonomi versus rasa malu dan ragu (1-3 tahun)
Anak sudah mulai mencoba dan mandiri dalam tugas tukem seperti dalam motorik  kasar,halus  : berjinjit , memanjat,  berbicara. Sebaliknya perasaan malu dan ragu akan timbul apabila anak merasa dirinya terlalu dilindungi  atau tidak diberikan kemamdirian atau kebebasan anak  dan menuntut tinggi harapan anak.
  1. Tahap inisiatif versus rasa bersalah (3 – 6 tahun ).
Anak akan mulai inisiatif dalam belajar mencari pengalaman baru secara aktif dalam melakukan aktifitasnya melalui kemampuan indranya. Hasil akhir yang diperoleh adalah kemampuan untuk  menghasilkan sesuatu  sebagai prestasinya. Apabila dalam tahap ini anak dilarang atau dicegah maka akan timbul rasa bersalah pada diri anak.
  1. Industry versus inferiority (6-12 tahun)
Anak akan belajar untuk bekerjasama  dan bersaing dalam kegiatan akademik maupun dalam pergaulan melalui permainan yang dilakukan bersama. Anak selalu berusaha untuk mencapai sesuatu yang diinginkan sehingga anak pada usia ini rajin dalam melakukan sesuatu. Apabila dalam tahap ini anak terlalu mendapat tuntutan dari lingkunganya dan anak tidak berhasil memenuhinya maka akan timbul rasa inferiorty ( rendah diri ). Reinforcement dari orang tua atau orang lain  menjadi begitu penting untuk menguatkan perasaan berhasil dalam melakukan sesuatu.
  1. Tahap identitas dan kerancuan peran ( 12-18 tahun)
Pada tahap ini terjadi perubahan dalam diri anak khususnya dalam fisik dan kematangan usia, perubahan hormonal, akan menunjukkan identitas dirinya seperti siapa saya kemudian. Apabila kondisi tidak sesuai dengan suasana hati maka dapat menyebabkan terjadinya kebingungan dalam peran.
  1. c.    Perkembangan Kognitif ( Piaget )
    1. Tahap sensorik – motorik (0-2 tahun)
Anak mempunyai kemampuan dalam mengasimilasi dan mengakomodasi informasi dengan cara melihat, mendengar,menyentuh dan aktifitas motorik. Semua gerakan akan diarahkan kemulut dengan merasakan keingintahuan sesuatu dari apa yang  dilihat didengar,disentuh.

  1. Tahap praoperasional ( 2-7 tahun)
Perkembangan anak masih bersifat egosentrik. Pikiran anak bersifat transduktif : menggangap semua sama , contohnya : seorang pria di keluarga adalah ayah, maka semua pria itu adalah ayah). Pikiran anak bersifat animisme : selalu memperhatikan adanya benda mati, contohnya : apabila anak terbentur benda mati maka anak akan memukulnya kearah benda tersebut.
  1. Tahap Kongkret (7-11 tahun)
Pemikiran anak meningkat atau bertambah logis dan koheren. Kemampuan berpikir anak sudah operasional, imajinatif dan dapat menggali objek  untuk memecahkan suatu masalah.
  1. Tahap operational ( 11 -15 tahun)
Anak dapat berpikir  dengan pola yang abstrak menggunakan tanda atau simbol dan menggambarkan kesimpulan yang logis. Anak dapat membuat dugaan dan mengujinya dengan pemikiran yang abstrak,teoritis dan filosofis. Pola berfikir logis membuat mereka mampu berfikir tentang apa yang orang lain juga memikirkannya dan berfikir untuk memecahkan masalah.
  1. C.    Aspek – aspek perkembangan anak
Aspek-aspek perkembangan anak meliputi: fisik, intelegensi, emosi, bahasa, sosial, kepribadian, moral, dan kesadaran beragama.
  1. 1.      Fisik
Perkembangan fisik adalah pertumbuhan dan perubahan yang terjadi pada tubuh/ badan/ jasmani seseorang. Perkembangan fisik manusia terjadi mengikuti prinsip cephalocaudal, yaitu bahwa kepala bagian atas tubuh berkembang lebih dulu sehingga bagian atas tampak lebih besar dari pada bawah. Seperti terlihat pada bayi dan anak yang memiliki bentuk tubuh atau fisik berbeda dengan orang dewasa dimana kepala mereka tampak lebih besar dengan bagian tubuh lainnya. Perkembangan badan, lengan, dan kaki pada tahap selanjutnya membuat tubuh mereka menjadi proposional seperti orang dewasa.
Perkembangan fisik seseorang juga terjadi di dalam tubuhnya dengan perkembangan otot dan tulang. Sesungguhnya jaringan-jaringan otot manusia telah ada pada saat bayi lahir. Selama masa kanak-kanak otot-tot menjadi lebih panjang dan lebih besar. Proses ini menjadi lebih cepat pada masa remaja, khususnya pada anak laki-laki.
Anak usia 4 – 6 tahun berada pada tahap perkembangan. Masa kanak-kanak awal, tahap usia ini juga bisa disebut sebagai periode pra-sekolah. Pertumbuhan fisik pada tahap usia ini tetap mengalami peningkatan akan tetapi pertumbuhan tinggi dan berat badannya melambat (tidak secepat pada masa bayi). Perbedaan jenis kelamin terlihat di antara anak laki-laki dan perempuan pada tinggi dan beratnya, berat badan dimana anak laki-laki tampak lebih tinggi dan lebih berat.
Tubuh mereka kelihatan lebih langsing dan semakin tinggi. Hal tersebut dikarenakan mereka mulai kehilangan lemak bayi, tulang dan otot berkembang lebih besar, serta pertumbuhan dada yang lebih besar dari perut. Pada usia ini proporsi tubuh semakin proposional dan mulai menyerupai orang dewasa.
Adapun tahap perkembangan fisik/ jasmani adalah sebagai berikut:
  1. Usia 3 tahun sudah mampu berjalan mundur, berjalan di atas jari kaki (berjinjit) dan berlari, mampu melempar dan menerima bola denagn kedua tangan yang diluruskan ke depann.
  2. Pada usia 3 – 4 tahun anak mulai mampu mengenal lingkaran, segi empat, segitiga, dan mencontoh berbagai bentuk.
  3. Gerakan anak prasekolah lebih terkendali dan terorganisir dalam pola-pola seperti menegakkan tubuh dalam posisi berdiri, tangan dapat berjuntai secara santai dan mampu melangkahkan tungkai kaki. Terbentuknya pola-pola tingkah laku ini memungkinkan anak untuk merespon dalam berbagai situasi.Saat anak mencapai tahapan prasekolah (3 – 6 tahun) ada ciri yang jelas berbeda antara usia bayi dan anak pra sekolah yaitu terletak dalam penampilan, proporsi tubuh, berat dan panjang badan, dan keterampilan yang mereka miliki.
  4. Usia 4 tahun anak-anak telah memiliki keterampilan yang lebih baik, mereka mmapu melambungkan bola, melompat dengan satu kaki, telah mampu menaiki tangga dengan kaki yang berganti-ganti.
  5. Pada usia 4 – 5 tahun mereka sudah mampu membuat gambar-gambar orang, bentuk gambar biasanya ditunjukkan dengan lingkaran yang besar yaitu kepala dan ditambahkan bulat kecil sebagai mata, hidung, mulut, dan telinga, kemudian ditarik garis-garis dengan maksud menggambar badan tangan dan kaki.
  6. Pada usia 5 tahun mereka mampu berlari kencang dengan gaya seperti orang dewasa, mereka meloncat dengan mempertahankan keseimbangannya.
  7. Usia 5 tahun telah mampu melompat dengan mengangkat dua kaki sdekaligus belajar melompat tali.
  8. Usia 6 tahun diharapkan anak sudah mampu melempar dengan tujuan yang tepat dan mampu mengendarai sepeda roda dua. Anak laki-laki dan perempuan sama-sama dapat berlari kencang dan mampu melempar dengan sasaran yang tepat.

  1. 2.    Intelegensi ( Kecerdasan )
K. Bluher mendefinisikan intelegensi adalah perbuatan yang disertai dengan pemahaman atau pengertian. Sedangkan menurut David Wechsler, Intelegensi adalah kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif.[2]
Intelegensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendeskripsikan perilaku individu seorang anak yang berkaitan dengan kemampuan intelektual[3]. Menurut Chaplin (1975) mengartikan intelegensi sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif. Sedangkan menurut Anita (1995) intelegensi itu meliputi tiga pengertian yaitu: a) kemampuan untuk belajar, b) keseluruhan pengetahuan yang diperoleh, dan c) kemampuan beradaptasi secara berhasil dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya. Dan ia juga mengemukakan bahwa intelegensi merupakan satu atau beberapa kemampuan untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan dalam rangka memecahkan masalah dan beradaptasi dengan lingkungan.
Binet (dalam Sumadi, 1984) menyatakan bahwa sifat intelegensi itu ada tiga macam, yaitu: a) kecerdasan untuk menetapkan dan mempertahankan tujuan tertentu, b) kemampuan untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan tersebut, dan c) kemampuan untuk melakukan otokritik, kemampuan untuk belajar dari kesalahan yang telah dibuatnya[4].

  1. 3.    Emosi
Emosi adalah suatu keadaan perasaan yang kompleks yang disertai karakteristik kegiatan kelenjar dan motoris. Menurut Sarwono, emosi merupakan setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai warna efektif baik pada tingkat lemah maupun pada tingkat yang luas.
Al-Ghazali mendefinisikan emosi merupakan kumpulan perasaan yang ada dalam hati manusia[5]. Jadi emosi identik dengan perasan. Perasaan gembira, sedih, takut, benci, cinta dan amarah merupakan bentuk emosi. Firman Allah yang berhubungan dengan perasaan dan emosi.
“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Rabbnya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka” (QS. 32:16)
Namun ada pendapat lain yang mendefinisikan emosi adalah reaksi yang kompleks yang mengandung aktivitas dengan derajat yang tinggi dan adanya perubahan dalam kejasmanian serta berkaitan dengan perasaan yang kuat.
Menurut Syamsu Yusuf emosi dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian yaitu: emosi sensoris dan emosi psikis. Emosi sensoris yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar terhadap tubuh, seperti rasa dingin, manis, sakit, lelah, kenyang dan lapar. Emosi psikis yaitu emosi yang mempunyai alasan-alasan kejiwaan, seperti: 1) perasaan intelektual, yang berhubungan dengan ruang lingkup kebenaran; (2) perasaan sosial, yaitu perasaan yang terkait dengan hubungan dengan orang lain, baik yang bersifat perorangan maupun kelompok; (3) perasaan susila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan nilai-nilai baik dan buruk atau etika (moral); (4) perasaan keindahan, yaitu perasaan yang berhubungan dengan keindahan akan sesuatu, baik yang bersifat kebendaan maupun kerohanian; dan (5) perasaan ke-Tuhan-an, sebagai fitrah manusia sebagai makhluk Tuhan (Homo Divinas) dan makhluk beragama (Homo Religious).[6]
Canon Bard merumuskan teori tentang pengasuh fisiologis terhadap emosi, teori ini menyatakan bahwa situasi menimbulkan rangkaian pada proses syaraf. Suatu situasi yang saling mempengaruhi antara thalamus (pusat penghubung antara bagian bawah otak dengan susunan urat syaraf di suatu pihak dan alat keseimbangan atau carebellum) dengan creblar cortex (bagian otak yang terletak di dekat permukaan sebelahdalam dari tulang tengkorak, suatu bagian yang berhubungan dengan proses kerjanya pada jiwa taraf tinggi, seperti berfikir).
Aspek – aspek emosi :
Anak yang sehat emosinya mempunyai perkembangan emosi yang sehat dalam tiga aspek penting, yaitu :
  1. Aspek pengenalan dan kesadaran jenis perasaan
Anak yang sehat lebih mampu mengenali, merumuskan, bahkan menyebut nama perasaannya maupun perasaan orang lain secara tepat. Contoh perasaan positif yang dapat dibedakannya adalah gembira, bangga, murah hati, belas kasih, setia, terharu, mulia, kagum, geli, rindu dan sabar. Selain itu, anak yang sehat juga berani mengakui perasaannya yang negatif, seperti takut, marah, kecewa, iri hati, sedih, bersalah, bosan, terhina dan kesal. Pengenalan perasaan, selain menyangkut jenis perasaan, juga mencakup intensitas tentang perasaan.
  1. Aspek pengendalian dan pernyataan emosi
Anak yang sehat lebih mampu mengendalikan dan menyalurkan perasaannya. Mereka mengetahui bahwa menyatakan kemarahan dengan memukul adalah salah. Sebaliknya, mereka dapat menyatakan kemarahannya dengan mengatakan secara langsung alasan kemarahan mereka. Mereka mampu mengenali harapan orang lain akan ekspresi pperasaan mereka dan berusaha menyesuaikan diri mereka sesuai dengan harapan itu.
  1. Aspek arah dorongan emosi
Anak yang sehat dapat mengarahkan emosinya secara baik. Jika ia marah kepada orangtuanya, ia tidak mengarahkan agresinya kepada adiknya yang masih kecil. Ia tidak menghabiskan sepanjang waktunya untuk melamunkan pengalamannya yang buruk. Kesedihan tidak menenggelamkan dirinya, sebaliknya ia berusaha untuk segera bangkit dan melakukan usaha keras. Anak yang sehat memiliki target yang realistis dan berjuan untuk mencapai target itu.
Ciri – ciri emosi anak :
–          Berlangsung singkat dan berakhir tiba – tiba
–          Terlihat lebih hebat / kuat
–          Bersifat sementara / dangkal
–          Lebih sering terjadi
–          Dapat diketahui dengan jelas dari tingkah lakunya

  1. 4.    Bahasa
Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain, tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan suatu pengertian, seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan, dan mimik wajah.
Bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan berfikir individu, tampak dalam perkembangan bahasanya, yaitu kemampuan membentuk, pengertian menyusun pendapat, dan menarik kesimpulan.
Fungsi bahasa menurut Zulkifli (1986) antaranya : alat untuk menyatakan ekspresi, mempengaruhi orang lain, memberi nama.
Clara dan William Stern, membagi perkembangan bahasa menjadi empat masa, yaitu :
  1. Kalimat satu kata              : 1-1,5 tahun
  2. Masa Memberi Nama        : 1,5-2 tahun
  3. Masa Kalimat Tunggal      : 2-2,5 tahun
  4. Masa Kalimat Majemuk    : 2,5 tahun – seterusnya[7]
Dalam perkembangan bahasa tersebut, ada 2 tipe bahasa anak, yaitu sebagai berikut :
  1. Egosentric Speech, yaitu anak berbicara kepada dirinya sendiri ( monolog )
  2. Sosialized Speech, yang terjadi ketika berlangsung kontak antara anak dengan temannya atau dengan lingkungannya.
Perkembangan bahasa anak dipengaruhi oleh faktor – faktor kesehatan, intelegensia, status sosial ekonomi, jenis kelamin dan hubungan keluarga. Lebih jelasnya adalah sebagai berikut :
  1. Faktor kesehatan, anak yang sehat dan normal akan dengan cepat mengungkapkan rangsangan yang diterimanya dengan bahasa lisan sesuai dengan tahap perkembangannya.
  2. Intelegensi, perkembangan bahasa anak dapat dilihat dari tingkat intelegensinya. Anak yang mempunyai intelegensi normal atau di atas normal maka perkembangan bahasanya cepat.
  3. Status sosial ekonomi keluarga, beberapa studi tentang hubungan antara perkembangan bahasa dengan status sosial ekonomi keluarga menunjukkan bahwa anak yang berasal dari keluarga miskin mengalami kelambatan dalam perkembangan bahasanya dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga yang lebih baik.
  4. Jenis kelamin, pada tahun pertama usia anak tidak ada perbedaan dalam vokalisasi antara anak laki – laki dengan perempuan. Namun pada usia 2 tahun, anak perempuan menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dari anak laki – laki.
  5. Hubungan keluarga, proses pengalaman berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan keluarga turut mempengaruhi perkembangan bahasa anak.

  1. 5.        Sosial
Perkembangan sosial adalah proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi, meleburkan diri menjadi suatu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerjasama.
Anak dilahirkan belum bersifat sosial, dalam arti dia belum memiliki kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. Untuk mencapai kematangan sosial, anak harus belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan orang lain. Kemampuan ini diperoleh anak melalui berbagai kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya, baik orang tua, saudara, teman sebaya atau orang dewasa lainnya.
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenal berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya bagaimana menerapkan norma-norma tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Proses bimbingan orang tua ini lazim disebut sosialisasi.
Berkaitan dengan interaksi anak dengan lingkugannya, misalnya di usia setahun, anak sudah bisa bermain dengan teman – teman seusianya. Masa ini disebut masa prakelompok, dimana dasar sosial diletakkan dengan semakin meningkatnya hubungan anak dengan teman – teman sebayanya. Anak yang lebih menyukai interaksi dengan manusia daripada dengan benda akan mengembangkan pola hubungan sosial yang lebih baik di masa depan, dan biasanya menjadi lebih populer daripada anak yang interaksi sosialnya terbatas. Pada masa ini umumnya anak lebih menyukai berteman dengan sesama jenis kelamin daripada dengan lawan jenis.
Pada usia 2 – 3 tahun anak bermain dengan teman – temannya tetapi bermain sendiri, yang dikenal dengan bermain sejajar ( Havighurst, 1980 ). Kadang kalupun terjadi kontak, lebih cenderung pada perkelahian daripada kerjasama. Selanjutnya anak bermain asosiatif, yaitu anak terlibat dalam kegiatan yang menyerupai permainan anak lain. Semakin meningkat kontak sosial, anak dapat bermain kooperatif dimana masing – masing anggota kelompok saling berinteraksi.
Ada beberapa pola bermain pada anak, yaitu :
  1. Bermain dengan mainan
Pada permulaan awal masa kanak – kanak, bermain dengan mainan merupakan bentuk dominan. Seiring dengan meningkatnya kontak sosial dan sadarnya anak bahwa mainannya tidak mempunyai sifat hidup lagi maka bermain seorang diri menjadi tidak menyenangkan lagi.
  1. Drama / bermain peran
Usia tiga tahun anak mulai melakukan permainan dengan berdasarkan pengalaman, dongeng – dongeng atau film – film yang pernah dilihatnya.
  1. Konstruksi
Anak – anak membuat konstruksi dari balok, pasir, tanah liat dan lain – lain. Biasanya berdasarkan apa yang dilihatnya.
  1. Permainan
Pada usia empat tahun anak – anak lebih suka bermain dengan teman sebayanya daripada dengan orang dewasa. Bentuk permainannyapun sudah mengenal aturan.

  1. 6.        Kepribadian
Secara etimologi, kepribadian merupakan terjemahan dari bahasa Inggris ”personality”, sedangkan istilah personality secara etimologis berasal dari bahasa Latin ”person” (kedok) adan ”personare” (menembus), persona biasanya dipakai oleh para pemain sandiwara pada zaman kuno untuk memerankan suatu bentuk tingkah laku dan karakter pribadi tertentu, sedangkan ”personare” adalah bahwa para pemain sandiwara itu dengan melalui kedoknya berusaha menembus keluar untuk mengekspresikan satu bentuk gambaran manusia tertentu. Jadi, persona itu bukan pemain itu sendiri, tetapi gambaran pribadi dari tipe manusia tertentu dengan melalui kedok yang dipakainya.
Secara terminologis, menurut Mc Dougal kepribadian adalah tingkatan sifat-sifat dimana bisanya sifat yang tinggi tingkatannya mempunyai pengaruh yang menentukan. Sedangkan menurut Gordon, kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian sebagai berikut:
  1. Faktor fisik
  2. Tingkat intelegensi
  3. Keluarga
  4. Teman sebaya
  5. Kebudayaan

  1. 7.    Moral
Istilah moral berasal dari kata Latin ”mos” (moris), yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/ nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral, nilai-nilai moral itu seperti: a) seruan untuk berbuat baik untuk orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara kebersihan, dan memelihara berhak orang lain. b) larangan mencuri dan perbuatan-perbuatan jelek lainya.
Beberapa sikap orang tua yang perlu diperhatikan sehubungan dengan perkembangan moral anak, diantaranya sebagai berikut :
  1. Konsisten dalam mendidik anak
  2. Sikap orang tua dalam keluarga
  3. Penghayatan dan pengamalan agama yang dianut
  4. Sikap konsisten orang tua
Perkembangan moral anak dapat berlangsung melalui beberapa cara, yaitu:
  1. Pendidikan langsung, yaitu melalui penanaman pengertian tentang tingkah laku yang benar dan salah, atau baik dan buruk oleh orang tua, guru atau orang dewasa lainnya.
  2. Identifikasi, yaitu dengan cara mengidentifikasi atau meniru penampilan atau tingkah laku moral seseorang yand dekat dengan dirinya atau yang menjadi idolanya
  3. Proses coba – coba, yaitu dengan cara pengembangan tingkah laku moral secara coba – coba.

  1. 8.    Kesadaran Beragama
Salah satu kelebihan manusia sebagai makhluk Allah adalah dia dianugerahkan fitrah (perasaan dan kemmapuan) untuk mengenal Allah dan melakukan ajaran-Nya. Dalam kata lain manusia dikaruniai insting religius (naluri beragama), karena memiliki fitrah ini, kemudia manusia dijuluki sebagai ”homo devians”, yaitu makhluk yang bertuhan atau beragama.
Fitrah beragama ini merupakan disposisi (kemampuan dasar) yang mengandung kemungkinan atau berpeluang untuk berkembang. Namun mengenai arah dan kualitas perkembangan beragama anak sangat bergantung kepada proses pendidikan yang diterimanya. Perkembangan kesadaran beragama dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain :
  1. Faktor Internal :
    1. QS Al- ‘Araf Ayat 172
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengata-kan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”
  1. QS Ar-Rum Ayat 30
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui “

  1. Faktor Eksternal
    1. Lingkungan keluarga
Hal ini sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Nabi Muhammad SAW, ”setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, hanya karena orang tuanyalah, anak itu menjadi yahudi, Nasrani atau majusi”.
  1. Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidiakn formal yang mempunyai program yang sistematis dalam melaksanakan bimbingan, pengajaran dan latihan kepada siswa sesuai dengan potensinya.
  1. Lingkungan Masyarakat
Situasi atau kondisi interaksi sosial dan sosiokultural secara potensial berpengaruh terhadap fitrah beragama atau kesadaran beragama.




BAB III
SIMPULAN DAN SARAN


  1. A.    Simpulan
Perkembangan yang terjadi pada anak meliputi segala aspek kehidupan yang mereka jalani baik bersifat fisik maupun non fisik. Perkembanmgan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman.
Dalam Pembahasan Mengenai Perkembangan ini, banyak sekali teori-teori yang dikemukakan oleh ahli, diantaranya :
  1. Perkembangan Psikoseksual ( Freud)
  2. Perkembangan Psikososial ( Erik Erikson  )
  3. Perkembangan Kognitif ( Piaget )
Aspek-aspek perkembangan anak meliputi: fisik, intelegensi, emosi, bahasa, sosial, kepribadian, moral, dan kesadaran beragama.

  1. B.     Saran
  2. Sebagai Orangtua kita hendaknya memperhatikan segala aspek-aspek perkembangan masa anak-anak sampai dengan masa sekolah.
  3. Sebagai calon pendidik anak kita harus mengembangkan kemampuan dasar anak, diantaranya adalah kemampuan fisik, intelegensi, emosi, bahasa, sosial, kepribadian, moral, dan kesadaran beragama, supaya anak bisa mengekspresikan ide-idenya dan supaya menjadi anak yang terampil.






DAFTAR PUSTAKA

Neni Iska, Zikri, 2006. Psikologi (Pengantar Pemahaman diri dan Lingkungan). Jakarta: Kizi Brother’s.
Anastasi, Anne, Susana Urbina, 2007. Tes Psikologi (Psychological Testing ). Jakarta: PT indeks.
Al-Ghazali, 2002. Manajemen Hati ( Menuju Pintu Sa’adah Menuju Ma’rifatullah ). Surabaya: Pustaka Progresif.
Purwanto, M.Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Suryabrata, Sumadi, 1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Suyadi, 2009. Ternyata Anakku Bisa Kubuat Genius. Jogjakarta :Power Books.
Zulkifli, DRS, 1986. Psikologi Perkembangan. Bandung : Remaja Rosdakarya Offset. Cetakan 7



[1] Zulkifli, Psikologi Perkembangan 2009, 4.
[2] Zikri Neni Iska 2006. Psikologi (Pengantar Pemahaman diri dan Lingkungan).
[3] Syamsu Yusuf, 2007, hal. 106
[4] Sumadi Suryabrata. 1984, Psikologi Pendidikan
[5] Al-Ghazali, 2002. Manajemen Hati ( Membuka Pintu Sa’adah Menuju Ma’rifatullah )
[6] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan 1984.
[7] Zulkifli, Psikologi Perkembangan, 1986

Tidak ada komentar: